Cairan rem atau lebih akrab disebut minyak rem, Bahan ini seringkali dari perhatian pemilik kendaraan, yang sibuk dengan segala aktivitasnya. Sifat cairan rem,cairan yang harus bisa mengikat air.Banyak dari masyarakat Indonesia lebih mengenal kata oli rem. Namun percaya tidak percaya, rupanya hal itu salah kaprah. Karena kata oli dan cairan jelas memiliki arti yang berbeda. Karena oli menolak air sedangkan cairan rem mengikat air
"Cairan rem dan air itu bisa tercampur. Karena untuk cairan rem sebenarnya itu menggunakan brake water (berbahan dasar air), bukan brake oil (berbahan dasar oli). Dan memiliki sifat yang bisa menyerap air. Jadi tidak mungkin ini disebut dengan oli rem (minyak rem),"
Masuknya air yang bisa membuat kadar air lebih banyak dari pada cairan rem, bisa membayakan pengendara saat berkendara.
"Ini yang bisa menyebabkan rem kendaraan menjadi blong, saat air lebih banyak dibandingkan dengan cairan (minyak) rem, membuat daya cangkram semakin melemah. Karena terlalu banyak cairan membuat air terus menguap tablorantara kampas rem dan cakram. Karena kadar air dalam sisten rem itu maksimal 0,2 persen sisanya cairan rem
Cairan rem adalah salah satu komponen pada peranti yang berfungsi memperlambat atau menghentikan laju kendaraan. Menurut Peter Dionisius, Product Development & Promotion, PT Autochem Industry, pemegang merek Prestone, tugas cairan rem mengalirkan tekanan dari titik A ke titik B.
"Keuntungan sistem hidraulik, tekanan di titik akhir lebih besar dari titik awal. Seharusnya sistem kedap udara. Rem tidak bekerja dengan baik atau kurang pakem lantaran adanya udara di sirkit cairan. Penyebabnya, sil, kaliber atau slang bocor," jelasnya, Kamis (5/12/2013).
Titik Didih
Cairan seharusnya mengandung campuran glycol ether dan polyalkylene glycol. Lebih baik lagi bila ditambahi bahan antikarat. Cairan rem bisa dimampatkan secara optimal untuk menekan piston di kaliber pada suhu sangat tinggi.
Titik didih, unsur paling penting bagi cairan yang bagus. Untuk cairan rem Prestone DOT4 titik didih tertinggi mencapai 255 derajat Celsius, sementara DOT3 245 derajat Celsius. "Sampai saat ini belum ada SNI untuk DOT4. Sedangkan untuk DOT3, titik didihnya sama dengan SNI, 205 derajat Celcius," papar Inge Harsono, QC- R&D Manager Autochem Industry.
Dalam keadaan darurat boleh mencampur DOT 3 dengan DOT 4. Akibatnya, titik didih sedikit menurun. Namun harus segera dikuras bila ada kesempatan. "Spesifikasi cairan (DOT) ditentukan oleh produsen mobil. Semuanya disesuaikan dengan kemampuan komponen yang digunakan, seperti sil dan slang,"
"Tidak selamanya DOT 4 bekerja maksimal jika dipakai pada rem yang merekomendasikan DOT 3. Pasalnya, ada saja komponen yang kalah,” tambahnya.
Perawatan
Perawatan rem bisa dilakukan dengan menguras cairan rem setiap 20.000 km untuk mobil dan 10 ribu km buat motor. Bila susah mengingat, bisa dipakai takaran setahun sekali. Cairan rem harus dikuras habis kemudian diganti dengan yang baru.
Menggantinya, terbaik menerapkan metode sedot daripada semprot. Seluruh cairan rem disedot dari bagian pangkal, atau paling dekat dengan kaliper rem, bukan dari master rem. Selain bisa dilakukan di bengkel, bisa dikerjakan sendiri, disedot dengan alat bantu suntik.
Mitos
Juga ada anggapan keliru, cairan rem bisa digunakan untuk mengobati luka terbuka. Sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pengobatan medis. Bahkan di kemasan diberi peringatan tidak boleh kontak langsung dengan minyak rem, khususnya mata dan kulit.
"Mungkin karena sifatnya yang mengikat cairan, sering diasumsikan bisa mengobati luka. Juga asda yang menambahkan warna, merah sehingga mirip dengan obat merah," ucap Inge.
Home » Brake »
dot 3 dan dot 4 »
pemilihan minyak rem »
penggunaan miyak rem »
sifat minyak rem
» Minyak Rem dan Sifatnya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)