Nitrogen dalam ban

Penggunaan Nitrogen pada ban awalnya digunakan untuk keperluan balap. Nitrogen memiliki molekul yang lebih padat. Oleh karena itu Nitrogen tidak mudah menyusup keluar dibanding udara. Oleh karena itu, jika tidak ada kebocoran, TEKANAN ban berisi Nitrogen lebih awet dibanding udara. Hal ini penting di arena balap karena perbedaan tekanan ban 0,5 PSI saja sangat berpengaruh pada performa saat melibas tikungan.


Karena lebih padat, pengisian dengan Nitrogen jauh lebih cepat dibanding dengan udara sehingga menghemat waktu. Ini penting di sebuah kompetisi balap, karena perbedaan 1/1000 detik saja mampu menentukan sebuah kemenangan.
Di arena balap Formula 1, kita kerap menyaksikan para kru membungkus ban dengan jaket penghangat ban. Tujuannya agar suhu ban sesuai dengan temperatur kerja optimalnya. Ban yang terlalu dingin membuat tapak ban menjadi keras sehingga daya cengkram berkurang.
Sebaliknya jika ban terlalu panas membuat udara dalam ban memuai dan berpotensi meledak. Nitrogen yang memiliki sifat dingin membuat suhu bagian dalam ban relatif lebih rendah meski tapak ban dalam kondisi panas. Alhasil tekanan ban lebih stabil sehingga pembalap lebih mudah 'mengenali' karakter ban tanpa terinfeksi perubahan performa akibat perubahan suhu.
Kandungan air (walaupun berbentuk uap) dalam udara merupakan sesuatu yang buruk jka berada di dalam ban. Ia mampu mengundang terjadinya korosi pada velek besi maupun aluminium. Kandungan air dalam udara juga membuat tekanan ban mudah terpengaruh akibat panas dibanding udara tanpa kandungan air.
Padahal tidak semua kompresor udara yang ada di pinggir jalan dilengkapi filter penyaring uap air.Bahkan pernah ada kasus di mana pemilik kendaraan menemui kondisi ban kendaraannya berisi air. Mungkin benda cair ini masuk saat pemompaan dengan tabung kompresor berisi air akibat proses kondensasi yang berkepanjangan.
Hal ini tak akan terjadi jika kita mengisi ban dengan Nitrogen. Karena saat mengganti pertama kali dengan Nitrogen, bengkel umumnya akan melakukan pengurasan berkali-kali sehingga akan mengurangi kandungan Oksigen yang berpotensi mengundang hadirnya uap air untuk digantikan dengan Nitrogen murni yang bersifat kering sehingga mampu mencegah timbulnya korosi.
Soal performa ban yang dikatakan menjadi lebih empuk oleh sebagian besar penggunanya? Itu hanya sugesti saja dan secara teknis tak ada kaitannya. Karena tekanan 30 PSI, tak peduli ia berisi Nitrogen, Oksigen, bahkan diisi LPG sekalipun akan tetap 30 PSI, alias tak akan menjadi lebih empuk.
Pada dasarnya kita tak akan bisa merasakan perbedaan ban yang diisi oleh udara atau dengan Nitrogen kecuali tekanan udara dalam ban jauh dari yang diijinkan. Jadi jika suatu saat Anda terpaksa mengisi ban Anda dengan angin biasa karena tak tersedianya Nitrogen, lakukan saja. Anda bisa menggantinya lagi jika menemukan bengkel yang menyediakan

Apa saja keuntungannya.
1. Nitrogen tidak mudah keluar dari pori-pori ban karena partikelnya lebih besar dibanding angin biasa. Jadi, tak perlu terlalu sering isi angin. Walau sekarang pada umumnya sudah banyak ban yang memiliki kandungan nitro buthyl yang membuat uap air (pada ban berisi angin) tak bisa menyerap ke pori-pori.

2. Bobot N2 lebih ringan dari angin dan berat molekulnya juga lebih rendah, yakni 14 atom berbanding 16 atom.

3. Tidak mudah panas dan tekanan udara di dalam ban lebih stabil. Ini disebabkan sifat nitrogen yang dingin dan tak mudah bereaksi sehingga, ketika mobil melesat dengan kecepatan tinggi, tekanannya tetap stabil. Tidak demikian dengan ban yang berisi angin.

4. Jarak tempuh lebih baik lantaran karet menjadi awet karena dipengaruhi sifat dingin nitrogen.

5. Velg terhindar korosi, khususnya bagi ban tubeless akibat tiadanya uap air. Umumnya, kandungan nitrogen memiliki standar minimal 93 persen, dikategorikan tanpa uap air.

Berikut ini info untuk pemilik kendaraan ketika tukang ban melakukan pengisian nitrgoen:
1. Kuras angin ban disertai dengan melepas pentil.

2. Setelah terbuang, isi N2 80-85 persen dari tekanan idealnya. Semisal ban profil tipis, jika seharusnya diisi 40 Psi, untuk penggunaan ini, cukup diisi 32-34 Psi.

3. Kemudian, lakukan poin 1 (buang nitrogen) dan isi kembali (pentil belum terpasang). Tujuannya agar, saat pengisian, asupan kedua murni N2.

4. Pasang pentil dan lanjutkan dengan pengisian kembali sampai batas ideal