Indonesia Membangun Pabrik Mobil Listrik
Inilah keseriusan Menteri BUMN Dahlan Iskan, untuk mengembangkan mobil listrik sebagai mobil masa depam di Indonesia, ternyata mendapat tanggapan serius dari pengusaha Surabaya. Buktinya, sebuah pabrik mobil listrik kini sedang produksi di kawasan Wringin Anom, Gresik. Prodak pertamanya akan diluncurkan pada Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2012.
PT Great Asia Link yang memproduksi mobil tersebut dibangun di atas lahan seluas 3500 meter persegi, untuk jenis manual aseembly. Mereka mentargetkan untuk memproduksi mobil 20 ribu unit pertahun, dengan harga satuan berkisar antara Rp 120 juta hingga Rp 130 juta untuk 600 CC hingga 900 CC. Jenisnya city car. "Kami targetkan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, akan diluncurkan," tutur Saryanto Sitiawan, manager marketing perusahaan tersebut.
Sedangkan automatic assembly dibangun di atas lahan seluas 4000 meter persegi itu, mampu memproduksi 60 ribu unit pertahun. Untuk jenis automatic ini akan mulai beroperasi pada Maret 2013.
Pabrik mobil listrik ini, Sabtu pagi lalu ditinjau Menteri BUMN Dahlan Iskan yang didampingi Kepala Biro Humas dan Protokol, Faisal Hilmi. Sedangkan PT Great Asia Link, diterima oleh Komisaris Utama, JE Sandjaja, Ravi Desai, direktur utama, Martinus Harun Kuncoro selaku direktur eksekutif, dan Harianto Setiawan, direktur pemasaran. "Pabriknya luas sekali, dan mereka sudah siap beroperasi," komentar Faisal usai meninjau pabrik tersebut.
Dahlan Iskan menyambut gembira dengan keseriusan pengusaha Jawa Timur yang bisa menangkap kegigihannya untuk menjadikan mobil listrik sebagai mobil masa depan yang ramah lingkungan ini.
PT Great Asia Link, akan memproduksi beberapa jenis mobil listrik. Merek Ravi untuk jenis APV. Jenis ini akan diperuntukan mobil penumpang umum yang bisa mengangkut enam orang. Harganya berkisar Rp 130 juta. Merek Hevi untuk jenis pick up, dan Hivi untuk city car. "Kami akan memproduksi tiga tipe utnuk sementara," tambah Harianto lagi.
Dia memberikan garansi baterai yang selama ini dihawatirkan banyak kalangan itu, mampu bertahan 4 tahun. "Kami garansi empat tahun, untuk baterai mobil," tuturnya meyakin.
Dengan baterai ini, mobil mampu menempuh jarak 150 km, dengan lama pengisian penuh 3 jam. Tapi waktu pengisian ini, katanya, perusahaan sedang menjajaki teknologi terbaru dari Jerman yang hanya mengisi 30 menit.
Baterainya merupakan lisensi Jerman yang diproduksi Tiongkok. Sebab, Jerman membangun pabrik di sejumlah negara di Eropa, Amerika dan diantaranya di Tiongkok.
Diakui harga baterai litium untuk mobil listrik ini memang agak mahal, yaitu sekitar Rp 20 juta hingga Rp 40 juta.
Sedangkan mesninnya sementara perpaduan dari berbagai negara, termasuk di Eropa. Motor, misalnya merupakan lisensi Inggris. Sedangkan di Wringin Anom, Gresik, hanya untuk merakit. "Tahap awal ini memang impor, tapi berikutnya kami targetkan 80 persen produksi lokal," tambah Saryanto Setiawan lagi.
Bila dibandingkan dengan mobil BBM, maka mobil listrik ini satu berbanding empat. Itu kalau BBM subsidi sekarang. Artinya, jauh lebih murah dibandingkan mobil biasa. "Kalau subsidi itu hilang, tentunya dengan mobil listrik ini jauh lebih hemat," ungkapnya.
Kata Dahlan Iskan, karena pabrik ini baru dibangun, maka Indonesia akan terdepan dalam mobil listrik. Sebab, seluruh komponennya baru. Beda dengan di Eropa yang menggunakan teknologi lama, maka investasinya lebih mahal.
Dahlan memberikan contoh dengan Jawa Pos ketika memulai dengan koran berwarna. Karena ketika membeli mesin baru sudah direncanakan berwarna, maka investasinya murah. Tapi bagi koran lain yang sudah membeli mesin untuk hitam putih, begitu beralih ke yang warna, akhirnya mahal. (din)