Vice President, Asia South Korea Regions, Symantec Corp.. Eric Hoh,
JAKARTA, PCplus – Makin hari, dunia makin berbahaya. “Ancaman terus berkembang. Tahun lalu jumlah serangan terarah (targeted attack, APT) naik 42%. Mereka sulit dideteksi. Sebanyak 93 juta identitas dicuri. Di Korea, sepertiga populasinya (20 juta) dicuri identitas kartu kreditnya. Bulan lalu, 40 juta informasi kustomer di AS hilang. Sejumlah 53% websites punya celah yang tidak ditambal (unpatched vulnerabililities),” ilustrasi Eric Hoh (Vice President Asia South Korea, Symantec Corp.) dalam jumpa pers dalam rangka Symantec Symposium 2014 di Jakarta (18/2/2014).
Hoh juga mengatakan, ancaman yang makin berkembang itu bisa datang dari mana-mana. Sumbernya bisa dari cloud, perangkat mobile, social media, big data, dan lain-lain. Maklumlah perkembangan TI makin pesat saja. Data misalnya, diproyeksikan akan tumbuh menjadi 8 zetabyte pada tahun 2015, dan 40 zetabyte di tahun 2020. Konsekuensinya, terjadi kompleksitas dari sisi infrastruktur. “Banyak produk berdiri sendiri-sendiri sehingga tidak bisa bekerja sama. Untuk mengintegrasikannya diperlukan integrasi vertikal,” terang Hoh.
Namun menurut Hoh, integrasi vertikal itu tidak sejalan dengan gaya Symantec. Symantec justru menggunakan pendekatan integrasi horisontal untuk melakukan pengamanan.
“Ini untuk membantu CIO agar bisa mendapatkan datacenter prioritas, kebebasan untuk membeli platform yang sesuai, membuat sistem yang tersedia setiap saat, dan memproteksi sistem di mana saja dan kapan saja. Apalagi ada BYOD (bring your own device). Kalau di Symantec ini adalah BYOE, yakni bring your own everything, yang membawa masuk segala sesuatunya termasuk koneksi dan aplikasi dari kustomer,“ terang Hoh.
Hoh mengatakan, Symantec punya solusi yang lengkap. Ia lalu mengutipkan data IDC dan Gartner tentang kepemimpinan Symantec. Gartner, menunjuk Symantec sebagai pemimpin enterprise information selama 10 tahun, e-discovery software, secure email gateway, endpoint protection platform, enterprise backup/recovery software, dan content aware data loss prevention. “Di seluruh dunia Symantec memberikan perlindungan terhadap 1 miliar pengguna,” ungkap Hoh.
Lalu bagaimana di Indonesia? Di Indonesia, kata Hoh, 8 bank besar sudah menggunakan proteksi dari Symantec. Begitu pula 5 perusahaan telekomunikasi terbesar dan perusahaan otomotif terbesar di tanah air, dan lebih dari 50 ribu pegawai pemerintahan,” tambah Hoh.